Friday, July 20, 2012

RUMAH COKELAT by Sitta Karina







Novel MomLit ini bercerita tentang Hannah Andhito yang (menurut saya) merupakan gambaran karakter idaman setiap perempuan yang beranjak dewasa jika sudah berkeluarga nanti. Tinggal di ibukota, sukses bekerja di perusahaan multinasional yang gajinya cukup untuk ditabung, mengikuti life style terkini, mempunyai suami yang ganteng plus family man, dan anak yang lucu, serta teman-teman yang menyenangkan. Perfect, huh? But wait, gimana kalau tiba-tiba anaknya, Razsya, suatu kali bergumam dalam tidurnya bahwa ia menyayangi pengasuh yang sehari-hari selalu bersamanya? Ibu manapun pasti akan kaget dan sedih jika tahu anaknya lebih senang bersama pengasuh dibandingkan ibunya sendiri.
Sejak saat itu Hannah pun bertekad ia harus menjadi ibu yang lebih baik lagi untuk Razsya, harus lebih sering menghabiskan quality time bersama putra dan suaminya, sampai suatu saat akhirnya Hannah harus memilih antara pekerjaan atau keluarga. Perjalanan Hannah menemukan makna menjadi seorang ibu yang sesungguhnya untuk Razsya dan menjadi istri yang semakin hari semakin baik bagi Wigra ini membuka mata saya tentang kehidupan berkeluarga pasangan muda pada masa kini.
Tidak sedikit dari perempuan Indonesia dari remaja sampai yang beranjak dewasa ingin cepat-cepat menikah dan berkeluarga. Kenapa saya spesifikin di Indonesia? Karena kayanya jarang deh cewe bule yang mau cepat nikah, huehehe! Tapi sebenarnya, apakah kita (termasuk saya juga) perempuan-perempuan yang masih early twenties ini udah ngerti gimana cara mempertahankan rumah tangga ditengah banyaknya godaan hidup jaman sekarang? Gimana cara membahagiakan suami, jadi menantu yang baik, dan pastinya ibu yang baik? Atau bahkan seperti apa sih kehidupan orang yang udah menikah? Apakah sama romantisnya kaya waktu pacaran atau berubah? Udah ngerti apa makna sebuah pernikahan dan keluarga?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin baru terjawab jika kita sendiri udah menikah nanti. Learning by doing. Tapii.. kalau mau tau gambaran kecilnya bagaimana kehidupan setelah menikah dan punya baby, coba baca buku ini sampai habis. Semula saya kira saya salah beli buku ini, karena ini bukan novel Sitta Karina yang ceritanya fantasi banget seperti serial klan Hanafiah yang saya sukain. Cuma pas abis baca, buku ini ternyata lebih real dari buku-buku novel remaja mbak Arie yang lain (yaiyalah… namanya aja novel MomLit, Lay -___-). Malah menurut saya buku ini sesuai kalo dibaca sama orang yang justru belum menikah, supaya ada gambaran gimana kalo udah menikah dan punya anak nanti, hehehe!
Menikah itu bukan cuma mikirin gimana caranya supaya asap dapur masih ngebul esok hari, atau anak mau disekolahin dimana.. tapi banyaaak banget yang harus ditanganin supaya rumah tangga terus berjalan dan berkembang. Menyatukan dua pikiran walaupun udah suami-istri itu ngga selalu mudah kaya menyatukan dua orang di pelaminan (#eaaa). Pasti ada aja yang dipermasalahin dan kadang lebih ruwet dari sub-bab 1.2 skripsi gue yaitu “perumusan masalah” (krik!).
Dari masalah yang paling klasik antara milih mau karier atau keluarga, ribut perbedaan pola asuh, sampai orang-orang di lingkungan yang ngga mendukung kalo pernikahan jaman sekarang itu sebuah komitmen yang sangat pantas untuk dipertahankan sehingga menjadi ujian bagi Hannah dan Wigra.
Seperti novel-novelnya yang lain, Rumah Cokelat juga ditulis secara ringan dan mengalir oleh Sitta Karina. Ada dua hal yang saya petik dari novel ini. Pertama, adalah nasihat lama yang pasti disabdakan orang tua kepada anaknya.. “Jangan salah pilih teman.” Teman sih boleh banyak dan ngga usah pilih-pilih, tapi tidak semuanya baik untuk dijadikan sahabat, terutama sahabat sampai kita berkeluarga nanti. Karena dalam novel ini justru sahabat Hannah yang memberi pengaruh negatif terhadap kehidupan rumah tangganya. Kedua, bahkan orang yang berbeda pemikiran, sifat, dan kegemaran pun bisa disatukan dalam pernikahan jika mempunyai keinginan yang kuat untuk menyatukan pendapat dan menyingkirkan ego masing-masing. :)
Dialog favorit gue di novel ini adalah ketika Wigra dan Razsya sedang bermain di playground pada malam hari.
“Raz…”
“Ya, Ayah.”
“Jagain Ibu ya, Nak. Hormati perempuan. Kalau nanti Razsya sudah besar dan mau berbuat seenaknya ke perempuan, ingat Ibu. Menyakiti mereka sama dengan menyakiti Ibu.”
 
Uwuwuuu.. istri dan ibu mana yang ngga terharu denger ucapan dari kepala keluarga yang seperti itu?