Friday, September 13, 2013

Goedemorgen, Den Haag!



Perjalanan Amsterdam – Den Haag sekitar 45 menit by car. Pemandangan Belanda pagi hari di musim panas itu cantik sekali deh. Emang sih, dari Schiphol sampai Den Haag via high way terus, tapi tetep aja pemandangan kanan-kiri bagus. Ngga ada pabrik atau mall kaya jalan toll Jakarta – Cikampek. Atau rumah-rumah yang temboknya dicat dan digrafiti dengan iklan provider lemot. Adanya rumput, sesekali sapi atau domba, terus ada juga winmolen a.k.a kincir angin tapi yang ukurannya kecil aja. Papan-papan arah jalan menunjukkan kota-kota yang biasanya hanya saya baca di buku atau internet. Rotterdam, Leiden, Utrecht, Doordrecht (yang belakangan menyisakan kisah tragis nan kocak),… bahkan Brussels, London, Paris… Ya ampun, ini udah sampai di Eropa toh? Hihihi *kucek mata*

Selain lewat jalan tol, pas sampai di Den Haag kita juga ngelewatin Madurodam, yaitu kota miniatur berisi landmarks dan bangunan lain yang ada di Belanda. Jadi konsepnya kita bisa keliling Belanda hanya dengan mengunjungi Madurodam. Simple but cool! Sejenis dengan TMII, tapi kabarnya sekarang udah ngga keurus.. sayang banget ya :(

Kita langsung menuju Wisma Tamu KBRI di Wassenaar. Wassenaar ini seperti.. hmm.. apa ya? Pedesaan di pinggiran kota Den Haag. Jaraknya lumayan jauh dari pusat kota, tapi bisa sekali naik bus aja sih, ngga harus transit-transit. Halte terdekat dari Wisma adalah Kerkehout. Sampai di Wisma, kami masuk-masukin koper ke rumah, ditunjukin kamar, ruangan, dan fasilitas lain. Dikenalin sama Bapak Asdi, yang jagain Wisma (dan orangnya baik buanget). Lalu ada juga beberapa orang dari Sekolah Indonesia Nederland (SIN) yang bersebelahan letaknya dengan Wisma Tamu.

Kamar kami ada di lantai paling atas, lantai tiga. Ngosngosan deh gotong koper segede-gede gaban itu ke atas. Daaaann… coba tebak.. impian saya selanjutnya juga terwujud di sini. Kan sebelumnya saya udah cerita ya kalo saya pingin banget liat rumah-rumah khas Eropa gitu, yang pakai batu bata dan modelnya tradisional. Nah, setelah sampai di Belanda, ternyata saya bukan hanya melihat rumah-rumah yang modelnya seperti itu, tapi juga bakalan tinggal di rumah batu bata itu! Rumah Wisma kebetulan modelnya begitu, sesuai impian saya. Interiornya Eropa banget, lantai full carpet kecuali dapur, mungkin biar ngga kedinginan saat winter. Kalo summer gini mah lumayan gerah juga di dalam rumah. isshh tapi asli bikin betah deh rumah ini, hahaha!

Selesai naikin koper ke kamar, kami cuma beres-beres seadanya karena udah disuruh turun lagi. Kami harus ke KBRI Den Haag untuk lapor diri. Saya kira urusan lapor diri ini hanya berlaku karena kami akan tinggal di Wisma Tamu. Ternyata guys, setiap kita mengunjungi suatu negara (baik dalam jangka waktu lama ataupun singkat), sangat dianjurkan untuk lapor diri ke kantor perwakilan terdekat. Biar apa? Ya salah satunya biar kalau ada apa-apa (let’s say kerusuhan atau bencana alam *amit-amiitt*) negara tau keberadaan kita dan bisa mengamankan kita. Kalau secara teori sih dengan lapor diri ini, kantor perwakilan bisa menjalankan fungsi protecting dari diplomasi. :D

KBRI Den Haag letaknya di jalan Tobias Asserlaan, deket banget dari Vredepalais atau Peace Palace, markasnya International Court of Justice (Mahkamah Internasional). Bangunan KBRI ini satu komplek dengan kedutaan lainnya seperti kedutaan Jepang dan AS.

 KBRI Den Haag

Selesai lapor diri dan sarapan, waktunya jalan-jalan! Sesuai petunjuk dari bapak staf KBRI, kita ke Peace Palace yang jaraknya tinggal ngesot. Saya ngga ada gambaran sama sekali kaya apa bangunan Peace Palace itu. Kirain cuma bangunan kantor biasa, ngga taunya… :o :o

The Peace Palace or Vredespaleis (in Dutch). Uwoooww!

Bangunannya besuaarr dan luasss banget! Pantesan bapak KBRI bilang ‘rumah hantu’, kalau dilihat pas cuaca mendung pagi-pagi dan sepi gini agak mirip sarang drakula sih, hahaha!

Anyway, as I mentioned before, gedung ini adalah tempat kedudukan dari ICJ dan juga badan-badan hukum internasional lainnya, serta perpustakan hukum the Peace Palace library. Di ‘istana’ ini lah kita pernah kehilangan pulau yang akhirnya sekarang jadi milik Malaysia, Sipadan Ligitan :(
Puas foto-foto disitu, kami pun lanjut jalan-jalan lagi, melangkahkan kaki entah kemana dengan modal “kalo-nyasar-yang-penting-tau-alamat-KBRI” dan bawa recehan euro dikit.

Jalan raya di Den Haag (dan di Belanda pada umumnya) sangat nyaman dan aman digunakan oleh pejalan kaki. Bayangin aja, orang jalanannya dibagi tiga gitu: trotoar lebar, track sepeda, track tram, baru deh buat mobil.

Keren ya bok? Cuma harus tetep hati-hati biar ngga keserempet tram

Saking nyamannya, ngga berasa kita jalan udah jauuh banget dari KBRI. Kalo di Jakarta, Bekasi, atau Bandung, mana ada nih gue betah jalan-jalan pakai kaki begini. Jarak menengah kaya dari kosan-Jatos aja mending pake angkot deh! Yang harus diwaspadai kalau kita lagi jalan-jalan di Belanda adalah ada jalan-jalan tertentu dimana trotoar sama jalur sepeda/tram bersinggungan, biasanya di jalanan yang sempit. Jadi tetep hati-hati ya, biar gak dikira orang kampong baru datang ke Eropa *padahal emang iye! Hahahaa!*

Inilah hal-hal aneh yang kami temukan pas “jalan-jalan adaptasi” di Belanda…

Semacam pasar kaget yang bikin kaget.. karena liat PKLnya bule :))


Sebagian barang dagangan di pasar. Kebanyakan sih second hand.


:O :O !


Capek jalan-jalan, dan hari juga udah mau sore, kami memutuskan balik ke KBRI, pastinya dengan cara nginget-nginget lagi tadi kita datang dari arah mana, huahaha! 
Kesan Den Haag di hari pertama: BERSIH, teratur, aman, nyaman, indah! Gak nyesel ikut konferensi yang diadakan di kota ini!

Friday, July 26, 2013

Juli tiga tahun yang lalu...



Juli tiga tahun yang lalu… adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di luar Asia, tepatnya di benua yang dari kecil sudah saya impi-impikan untuk bisa berada disana. Benua biru, Eropa. Kenapa Eropa menjadi mimpi? Karena saya kebanyakan nonton dan baca cerita Cinderella dan princess story lainnya berulang-ulang, huahaha! Hmm.. mungkin karena gambaran kastil kerajaan itu banyaknya di Eropa kali ya, jadi saya sangat amat ingin kesana langsung. Terus saya juga pingin banget megang salju. Juga karena dari kecil saya suka sekali pelajaran bahasa Inggris, jadi saya kepikiran terus: “Memangnya seperti apa sih bangsa dan negara yang bahasanya dipakai di seluruh dunia ini?” (Inggris walaupun bukan Eropa kontinental, tapi tetap di Eropa toh? :p). Waktu SD pas pelajaran geografi dan peta buta, saya paling hafal letak negara-negara di Eropa, walaupun kecil-kecil. Gedean dikit, saya jadi tau kalau negara-negara maju itu ya adanya di Eropa, dan letak antarnegara yang berdekatan serta satu visa dan satu mata uang memudahkan kita untuk jalan-jalan disana, dari satu negara ke negara lain. Wah, pokoknya saya pingin banget ke Eropa! Sampai saat inipun saya ngga memiliki American dream. Impian saya tetap Eropa! Europa ueber alles! *azig!* :D

Oke, flashback lagi ke tiga tahun yang lalu, tepatnya hari Jumat 2 Juli 2010, saya dan lima orang teman dari HI Unpad bertolak ke Eropa, tepatnya ke Belanda. Bukan, bukan untuk liburan. Tapi untuk tujuan spesial yaitu mengikuti konferensi TEIMUN 2010 di Den Haag. Wuedeh, apa itu TEIMUN? Kok bisa ikutan? Nanti deh saya jelaskan ya di postingan terpisah. Bagi kami berenam, Eropa adalah ‘tanah jajahan’ baru. Belum ada diantara kami yang pernah mengunjungi kawasan ini sebelumnya. Eropa adalah impian, pengalaman dan tantangan baru! Kalau kata Rossi, “It’s exciting!”, hehe! #bukanPostingBerbayar.

Bagi saya, Eropa adalah rekor terjauh jalan-jalan, memecahkan Saudi Arabia waktu umroh 2007 dan 1994 silam (beuh! Udah lama banget kan ngga terbang jauh Indonesa?). Pengalaman ribetnya urus visa, jatuh bangun gedubrakan cari tiket yang masuk kategori “harga anak kost”, melobi KBRI Den Haag agar kita diizinkan tinggal di Wisma Tamu di Wassenaar, sampai cari sponsor supaya dapat uang saku walau seorang dapatnya cuma sedikit, semuanya kita lakukan sendiri, ngga ada yang ngecover. Tapi semua itu terbayar kontan begitu hari H keberangkatan dan begitu tiba di Belanda.
Mungkin Belanda atau Eropa bagi sebagian orang (dengan kemampuan finansial diatas rata-rata pastinya) bukan tujuan yang jauh, yang asing, yang menakjubkan. Tapi tidak bagi kami berenam yang sampai detik ini pun kadang suka termehek-mehek kalau lihat foto-foto waktu disana, hahaha! #EpisodeGagalMoveOn

Kami berangkat naik Garuda Indonesia yang waktu itu baru aja membuka kembali penerbangan ke Eropa (Belanda), dengan harga tiket promo yang miring untuk ukuran summer. Yiha! Pesawat berangkat jam 8 malam, boarding sekitar jam setengah 8. Dan ortu kami pun dadah-dadah dengan senyum terpaksa lantaran anak-anaknya mau pergi ke benua berbeda untuk pertama kalinya (drama abis gak sih kata-kata gue? Huahaha!). Saya sendiri waktu itu masih ngga percaya kalau akhirnya malam itu sebuah mimpi dari kecil akan terwujud. Ah.. finally, Eropa!

Setelah penerbangan kurang lebih 7 jam yang diisi dengan tidooorr hampir sepanjang jalan, kami pun arrived safely in… Dubai! Akhirnya gue dengan skill and feeling yang pas-pasan emang ngerasa ini airport luas banget! Pesawat gue mau parkir aja lama bener dapatnya. Atau pilot gue mungkin lupa ngasih kode ke mamang-mamang runway supaya dicariin parkir? Entahlah.. yang pasti kesan pas masuk terminalnya adalah… Uwooww.. ini toh airport terluas di dunia? Kereeenn!
Kami transit satu jam di Dubai, sebelum melanjutkan kembali flight sekitar 5-6 jam lagi ke Amsterdam.

Amsterdam. Bule banget ngga sih bro namanya? Macam mana itu kota? Sama sekali ngga ada gambaran di benak saya Amsterdam itu bakalan kaya apa. Tapi saya tau, pasti nanti saya akan menjumpai rumah-rumah yang pakai batu bata merah kaya di buku cerita jaman TK, hehe! *tetep ya, mainannya Cinderella -_-* Oh, dan mungkin juga ngeliat kincir angin raksasa tradisional kayak di video klipnya trio kwek kwek :))

Semburat mentari pagi membangunkan kami yang udah nggak sabar pengen landing. Sesaat sebelum landing, pemandangan yang terlihat dari angkasa itu rumput-rumput hijau aja sih, sama rumah-rumah petak. Tapi saya tau, pasti itu rumah dari batu bata merah! Pasti! *yeeh..sotoy! padahal gak duduk deket jendela juga, huahaha!*

Oke, dan akhirnya, GA88 pun mendarat dengan selamat di Amsterdam Schiphol Airport. Turun pesawat, antri imigrasi untuk masuk ke tanah kumpeni. Cihui! Rasanya Ratu Beatrix sama van Nistelrooy lagi nunggu gue di hall kedatangan :D and you know what, mas-mas yang periksa paspor kita itu, dari loket paling kiri, sampai yang paling kanan, semuanya guanteng! Paling ganteng ada yang rambut hitam, mata biru, mirip banget sama Mark Westlife! Haduh, sayangnya ngga sempat saya foto buat jadi bukti disini.. hahaha!

Beres cap-capan, lanjut bagasi, abis itu keluar ke arrival hall. Jreengg! Inilah saatnya kami semua waswas, karena:
1.    masih ngeblur siapa yang mau jemput (KBRI udah jamin ada yang jemput, cuma kita gak tau orangnya yang mana, namanya siapa, pake baju apa, nunggunya dimana.. pfftt)
2.    nggak punya nomor kontaknya
3.    kalaupun punya kontaknya, sim card hengpong nggak ada yang aktif udah sejauh ini dari BTS Indonesia :|
4.    buka email juga bukan pilihan karena di hp saya nggak ke detect sinyal wifi.. eh atau ada ya? Tapi pakai bahasa Belanda… mamam!
5.    worst case kalo gak ketemu sama yang ngejemput? Belum ada dari kami yang mempelajari rute kereta ke Den Haag (kota dimana kami tinggal untuk dua minggu ke depan), ngga ada family di Belanda, ngga ada pulsa… galau abis dah pokoknya, abisss! *pukpuk koper*

Dan disitulah kami… terdampar di bandara tersibuk kedua di Eropa dan dunia, melakukan pengalihan kepanikan melalui foto-foto narsis buat di MMS ke orang tua di tanah air kalau udah beli sim card nanti (haiss.. jangan ketawa, dulu masih jaman MMS). Sampai akhirnya ada juga bapak-bapak Indonesia yang nyamperin kita dan memastikan kalau kita adalah anak-anak yang beliau cari. Alhamdulillah.. God save the gang.. :))

Fiuuhh.. lega bok, beneran dijemput dong, dan kita pun ninggalin Amsterdam, meluncur ke Den Haag… naik mobil plat CD alias mobilnya diplomat! Aheeeyy! Mimpi berikutnya tercapai! Ya walaupun belum jadi diplomat beneran, akting dulu lah sikit, mantes-mantesin, hehe!

Yaudah, cerita selanjutnya kan udah di Den Haag nih, jadi beda postingan aja ya.. biar gak capek kepanjangan nulisnya bacanya. See you in The Hague! ;)

 'gembolan' saya
 Departure Hall, Bandara Schiphol Amsterdam

Saturday, July 6, 2013

Holy Grail Makeup Products and Makeup Storage



Hmm Holy Grail makeup products? Apa ya? Kayaknya Cuma bedak deh.. Abisnya gue ngga suka dempulan yang aneh-aneh, hehehe! Palingan pelembab + bb cream + loose powder.

Makeup storage juga yang standar aja, paling disimpan biasa di meja rias dan ada beberapa yang berkedudukan permanen di makeup pouch seperti lip balm dan lipstick.

What about yours?

Thursday, July 4, 2013

Ritual Skin Care

Ya ampun.. kalo ikut challenge beneran mah udah kalah deh ini, skip dan telat ngepost teruuss.. hahaha! Yasudlah, sekarang gue mau sharing bagian skin care.

Ritual perawatan andalan saat ini ada empat:
1. Garnier Acne Facial Foam
2. Clean&Clear Oil Free Toner
3. Pond’s Flawless White Moisturizer
4. The Body Shop Tea Tree Blemish Fade Night Lotion

Kalau facial foam sih biasa aja, kaya facial foam yang lain. Nah tonernya ini baru aja gue beli sekitar tiga minggu yang lalu. So far so good, cenderung bagus malahan karena berhasil decrease minyak dan ngga bikin jerawatan. Pokoknya feel fresher! Moisturizer Pond’s jadi andalan karena ngga oily. Proses aplikasi dan hasilnya matte dan kadang bisa nutupin spot bekas jerawat yang tipis. Mencerahkan/memutihkan atau ngga? Hmm.. menurut gue sih kalau kulit udah lembab, ya memang jadi cerah dan ngga kusam. Tapi yang penting sih pelembab ini punya SPF 18 dan PA++, jadi bisa protect kulit wajah.

TBS Tea Tree Ini krim malam kedua yang gue coba setelah Garnier. Lumayan “it works” sih.. setidaknya pas malam ada nutrisi yang nyerap ke wajah, syukur-syukur berhasil ngatasin blemish. Oh.. and one more thing, pas bangun pagi juga ngga berminyak kalau pake night lotion ini. Mungkin harus lebih rajin aja nih pakainya biar hasilnya (blemish fade) keliatan.