Friday, July 26, 2013

Juli tiga tahun yang lalu...



Juli tiga tahun yang lalu… adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di luar Asia, tepatnya di benua yang dari kecil sudah saya impi-impikan untuk bisa berada disana. Benua biru, Eropa. Kenapa Eropa menjadi mimpi? Karena saya kebanyakan nonton dan baca cerita Cinderella dan princess story lainnya berulang-ulang, huahaha! Hmm.. mungkin karena gambaran kastil kerajaan itu banyaknya di Eropa kali ya, jadi saya sangat amat ingin kesana langsung. Terus saya juga pingin banget megang salju. Juga karena dari kecil saya suka sekali pelajaran bahasa Inggris, jadi saya kepikiran terus: “Memangnya seperti apa sih bangsa dan negara yang bahasanya dipakai di seluruh dunia ini?” (Inggris walaupun bukan Eropa kontinental, tapi tetap di Eropa toh? :p). Waktu SD pas pelajaran geografi dan peta buta, saya paling hafal letak negara-negara di Eropa, walaupun kecil-kecil. Gedean dikit, saya jadi tau kalau negara-negara maju itu ya adanya di Eropa, dan letak antarnegara yang berdekatan serta satu visa dan satu mata uang memudahkan kita untuk jalan-jalan disana, dari satu negara ke negara lain. Wah, pokoknya saya pingin banget ke Eropa! Sampai saat inipun saya ngga memiliki American dream. Impian saya tetap Eropa! Europa ueber alles! *azig!* :D

Oke, flashback lagi ke tiga tahun yang lalu, tepatnya hari Jumat 2 Juli 2010, saya dan lima orang teman dari HI Unpad bertolak ke Eropa, tepatnya ke Belanda. Bukan, bukan untuk liburan. Tapi untuk tujuan spesial yaitu mengikuti konferensi TEIMUN 2010 di Den Haag. Wuedeh, apa itu TEIMUN? Kok bisa ikutan? Nanti deh saya jelaskan ya di postingan terpisah. Bagi kami berenam, Eropa adalah ‘tanah jajahan’ baru. Belum ada diantara kami yang pernah mengunjungi kawasan ini sebelumnya. Eropa adalah impian, pengalaman dan tantangan baru! Kalau kata Rossi, “It’s exciting!”, hehe! #bukanPostingBerbayar.

Bagi saya, Eropa adalah rekor terjauh jalan-jalan, memecahkan Saudi Arabia waktu umroh 2007 dan 1994 silam (beuh! Udah lama banget kan ngga terbang jauh Indonesa?). Pengalaman ribetnya urus visa, jatuh bangun gedubrakan cari tiket yang masuk kategori “harga anak kost”, melobi KBRI Den Haag agar kita diizinkan tinggal di Wisma Tamu di Wassenaar, sampai cari sponsor supaya dapat uang saku walau seorang dapatnya cuma sedikit, semuanya kita lakukan sendiri, ngga ada yang ngecover. Tapi semua itu terbayar kontan begitu hari H keberangkatan dan begitu tiba di Belanda.
Mungkin Belanda atau Eropa bagi sebagian orang (dengan kemampuan finansial diatas rata-rata pastinya) bukan tujuan yang jauh, yang asing, yang menakjubkan. Tapi tidak bagi kami berenam yang sampai detik ini pun kadang suka termehek-mehek kalau lihat foto-foto waktu disana, hahaha! #EpisodeGagalMoveOn

Kami berangkat naik Garuda Indonesia yang waktu itu baru aja membuka kembali penerbangan ke Eropa (Belanda), dengan harga tiket promo yang miring untuk ukuran summer. Yiha! Pesawat berangkat jam 8 malam, boarding sekitar jam setengah 8. Dan ortu kami pun dadah-dadah dengan senyum terpaksa lantaran anak-anaknya mau pergi ke benua berbeda untuk pertama kalinya (drama abis gak sih kata-kata gue? Huahaha!). Saya sendiri waktu itu masih ngga percaya kalau akhirnya malam itu sebuah mimpi dari kecil akan terwujud. Ah.. finally, Eropa!

Setelah penerbangan kurang lebih 7 jam yang diisi dengan tidooorr hampir sepanjang jalan, kami pun arrived safely in… Dubai! Akhirnya gue dengan skill and feeling yang pas-pasan emang ngerasa ini airport luas banget! Pesawat gue mau parkir aja lama bener dapatnya. Atau pilot gue mungkin lupa ngasih kode ke mamang-mamang runway supaya dicariin parkir? Entahlah.. yang pasti kesan pas masuk terminalnya adalah… Uwooww.. ini toh airport terluas di dunia? Kereeenn!
Kami transit satu jam di Dubai, sebelum melanjutkan kembali flight sekitar 5-6 jam lagi ke Amsterdam.

Amsterdam. Bule banget ngga sih bro namanya? Macam mana itu kota? Sama sekali ngga ada gambaran di benak saya Amsterdam itu bakalan kaya apa. Tapi saya tau, pasti nanti saya akan menjumpai rumah-rumah yang pakai batu bata merah kaya di buku cerita jaman TK, hehe! *tetep ya, mainannya Cinderella -_-* Oh, dan mungkin juga ngeliat kincir angin raksasa tradisional kayak di video klipnya trio kwek kwek :))

Semburat mentari pagi membangunkan kami yang udah nggak sabar pengen landing. Sesaat sebelum landing, pemandangan yang terlihat dari angkasa itu rumput-rumput hijau aja sih, sama rumah-rumah petak. Tapi saya tau, pasti itu rumah dari batu bata merah! Pasti! *yeeh..sotoy! padahal gak duduk deket jendela juga, huahaha!*

Oke, dan akhirnya, GA88 pun mendarat dengan selamat di Amsterdam Schiphol Airport. Turun pesawat, antri imigrasi untuk masuk ke tanah kumpeni. Cihui! Rasanya Ratu Beatrix sama van Nistelrooy lagi nunggu gue di hall kedatangan :D and you know what, mas-mas yang periksa paspor kita itu, dari loket paling kiri, sampai yang paling kanan, semuanya guanteng! Paling ganteng ada yang rambut hitam, mata biru, mirip banget sama Mark Westlife! Haduh, sayangnya ngga sempat saya foto buat jadi bukti disini.. hahaha!

Beres cap-capan, lanjut bagasi, abis itu keluar ke arrival hall. Jreengg! Inilah saatnya kami semua waswas, karena:
1.    masih ngeblur siapa yang mau jemput (KBRI udah jamin ada yang jemput, cuma kita gak tau orangnya yang mana, namanya siapa, pake baju apa, nunggunya dimana.. pfftt)
2.    nggak punya nomor kontaknya
3.    kalaupun punya kontaknya, sim card hengpong nggak ada yang aktif udah sejauh ini dari BTS Indonesia :|
4.    buka email juga bukan pilihan karena di hp saya nggak ke detect sinyal wifi.. eh atau ada ya? Tapi pakai bahasa Belanda… mamam!
5.    worst case kalo gak ketemu sama yang ngejemput? Belum ada dari kami yang mempelajari rute kereta ke Den Haag (kota dimana kami tinggal untuk dua minggu ke depan), ngga ada family di Belanda, ngga ada pulsa… galau abis dah pokoknya, abisss! *pukpuk koper*

Dan disitulah kami… terdampar di bandara tersibuk kedua di Eropa dan dunia, melakukan pengalihan kepanikan melalui foto-foto narsis buat di MMS ke orang tua di tanah air kalau udah beli sim card nanti (haiss.. jangan ketawa, dulu masih jaman MMS). Sampai akhirnya ada juga bapak-bapak Indonesia yang nyamperin kita dan memastikan kalau kita adalah anak-anak yang beliau cari. Alhamdulillah.. God save the gang.. :))

Fiuuhh.. lega bok, beneran dijemput dong, dan kita pun ninggalin Amsterdam, meluncur ke Den Haag… naik mobil plat CD alias mobilnya diplomat! Aheeeyy! Mimpi berikutnya tercapai! Ya walaupun belum jadi diplomat beneran, akting dulu lah sikit, mantes-mantesin, hehe!

Yaudah, cerita selanjutnya kan udah di Den Haag nih, jadi beda postingan aja ya.. biar gak capek kepanjangan nulisnya bacanya. See you in The Hague! ;)

 'gembolan' saya
 Departure Hall, Bandara Schiphol Amsterdam

Saturday, July 6, 2013

Holy Grail Makeup Products and Makeup Storage



Hmm Holy Grail makeup products? Apa ya? Kayaknya Cuma bedak deh.. Abisnya gue ngga suka dempulan yang aneh-aneh, hehehe! Palingan pelembab + bb cream + loose powder.

Makeup storage juga yang standar aja, paling disimpan biasa di meja rias dan ada beberapa yang berkedudukan permanen di makeup pouch seperti lip balm dan lipstick.

What about yours?

Thursday, July 4, 2013

Ritual Skin Care

Ya ampun.. kalo ikut challenge beneran mah udah kalah deh ini, skip dan telat ngepost teruuss.. hahaha! Yasudlah, sekarang gue mau sharing bagian skin care.

Ritual perawatan andalan saat ini ada empat:
1. Garnier Acne Facial Foam
2. Clean&Clear Oil Free Toner
3. Pond’s Flawless White Moisturizer
4. The Body Shop Tea Tree Blemish Fade Night Lotion

Kalau facial foam sih biasa aja, kaya facial foam yang lain. Nah tonernya ini baru aja gue beli sekitar tiga minggu yang lalu. So far so good, cenderung bagus malahan karena berhasil decrease minyak dan ngga bikin jerawatan. Pokoknya feel fresher! Moisturizer Pond’s jadi andalan karena ngga oily. Proses aplikasi dan hasilnya matte dan kadang bisa nutupin spot bekas jerawat yang tipis. Mencerahkan/memutihkan atau ngga? Hmm.. menurut gue sih kalau kulit udah lembab, ya memang jadi cerah dan ngga kusam. Tapi yang penting sih pelembab ini punya SPF 18 dan PA++, jadi bisa protect kulit wajah.

TBS Tea Tree Ini krim malam kedua yang gue coba setelah Garnier. Lumayan “it works” sih.. setidaknya pas malam ada nutrisi yang nyerap ke wajah, syukur-syukur berhasil ngatasin blemish. Oh.. and one more thing, pas bangun pagi juga ngga berminyak kalau pake night lotion ini. Mungkin harus lebih rajin aja nih pakainya biar hasilnya (blemish fade) keliatan.