Juli
tiga tahun yang lalu… adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di luar Asia,
tepatnya di benua yang dari kecil sudah saya impi-impikan untuk bisa berada
disana. Benua biru, Eropa. Kenapa Eropa menjadi mimpi? Karena saya kebanyakan
nonton dan baca cerita Cinderella dan princess story lainnya berulang-ulang,
huahaha! Hmm.. mungkin karena gambaran kastil kerajaan itu banyaknya di Eropa
kali ya, jadi saya sangat amat ingin kesana langsung. Terus saya juga pingin
banget megang salju. Juga karena dari kecil saya suka sekali pelajaran bahasa
Inggris, jadi saya kepikiran terus: “Memangnya seperti apa sih bangsa dan
negara yang bahasanya dipakai di seluruh dunia ini?” (Inggris walaupun bukan
Eropa kontinental, tapi tetap di Eropa toh? :p). Waktu SD pas pelajaran
geografi dan peta buta, saya paling hafal letak negara-negara di Eropa,
walaupun kecil-kecil. Gedean dikit, saya jadi tau kalau negara-negara maju itu
ya adanya di Eropa, dan letak antarnegara yang berdekatan serta satu visa dan satu mata uang memudahkan kita untuk jalan-jalan disana, dari satu negara ke negara lain. Wah, pokoknya saya pingin
banget ke Eropa! Sampai saat inipun saya ngga memiliki American dream. Impian
saya tetap Eropa! Europa ueber alles! *azig!*
:D
Oke,
flashback lagi ke tiga tahun yang
lalu, tepatnya hari Jumat 2 Juli 2010, saya dan lima orang teman dari HI Unpad
bertolak ke Eropa, tepatnya ke Belanda. Bukan, bukan untuk liburan. Tapi untuk
tujuan spesial yaitu mengikuti konferensi TEIMUN 2010 di Den Haag.
Wuedeh, apa itu TEIMUN? Kok bisa ikutan? Nanti deh saya jelaskan ya di postingan
terpisah. Bagi kami berenam, Eropa adalah ‘tanah jajahan’ baru. Belum ada
diantara kami yang pernah mengunjungi kawasan ini sebelumnya. Eropa adalah
impian, pengalaman dan tantangan baru! Kalau kata Rossi, “It’s exciting!”, hehe! #bukanPostingBerbayar.
Bagi saya, Eropa adalah rekor terjauh jalan-jalan, memecahkan Saudi Arabia waktu umroh 2007 dan 1994 silam (beuh! Udah lama banget kan ngga terbang jauh Indonesa?). Pengalaman ribetnya urus visa, jatuh bangun gedubrakan cari tiket yang masuk kategori “harga anak kost”, melobi KBRI Den Haag agar kita diizinkan tinggal di Wisma Tamu di Wassenaar, sampai cari sponsor supaya dapat uang saku walau seorang dapatnya cuma sedikit, semuanya kita lakukan sendiri, ngga ada yang ngecover. Tapi semua itu terbayar kontan begitu hari H keberangkatan dan begitu tiba di Belanda.
Mungkin
Belanda atau Eropa bagi sebagian orang (dengan kemampuan finansial diatas
rata-rata pastinya) bukan tujuan yang jauh, yang asing, yang menakjubkan. Tapi
tidak bagi kami berenam yang sampai detik ini pun kadang suka termehek-mehek kalau lihat foto-foto
waktu disana, hahaha! #EpisodeGagalMoveOn
Kami
berangkat naik Garuda Indonesia yang waktu itu baru aja membuka kembali
penerbangan ke Eropa (Belanda), dengan harga tiket promo yang miring untuk
ukuran summer. Yiha! Pesawat berangkat jam 8 malam, boarding sekitar jam setengah 8. Dan
ortu kami pun dadah-dadah dengan senyum terpaksa lantaran anak-anaknya mau
pergi ke benua berbeda untuk pertama kalinya (drama abis gak sih kata-kata gue?
Huahaha!). Saya sendiri waktu itu masih ngga percaya kalau akhirnya malam itu
sebuah mimpi dari kecil akan terwujud. Ah.. finally,
Eropa!
Setelah
penerbangan kurang lebih 7 jam yang diisi dengan tidooorr hampir sepanjang
jalan, kami pun arrived safely in…
Dubai! Akhirnya gue dengan skill and
feeling yang pas-pasan emang ngerasa ini airport luas banget! Pesawat gue
mau parkir aja lama bener dapatnya. Atau pilot gue mungkin lupa ngasih kode ke
mamang-mamang runway supaya dicariin
parkir? Entahlah.. yang pasti kesan pas masuk terminalnya adalah… Uwooww.. ini
toh airport terluas di dunia? Kereeenn!
Kami
transit satu jam di Dubai, sebelum melanjutkan kembali flight sekitar 5-6 jam lagi ke Amsterdam.
Amsterdam.
Bule banget ngga sih bro namanya? Macam mana itu kota? Sama sekali ngga ada
gambaran di benak saya Amsterdam itu bakalan kaya apa. Tapi saya tau, pasti
nanti saya akan menjumpai rumah-rumah yang pakai batu bata merah kaya di buku
cerita jaman TK, hehe! *tetep ya, mainannya Cinderella -_-* Oh, dan mungkin juga
ngeliat kincir angin raksasa tradisional kayak di video klipnya trio kwek kwek
:))
Semburat
mentari pagi membangunkan kami yang udah nggak sabar pengen landing. Sesaat
sebelum landing, pemandangan yang terlihat dari angkasa itu rumput-rumput hijau
aja sih, sama rumah-rumah petak. Tapi saya tau, pasti itu rumah dari batu bata
merah! Pasti! *yeeh..sotoy! padahal gak duduk deket jendela juga, huahaha!*
Oke,
dan akhirnya, GA88 pun mendarat dengan selamat di Amsterdam Schiphol Airport. Turun pesawat, antri imigrasi untuk masuk ke tanah kumpeni. Cihui! Rasanya Ratu Beatrix
sama van Nistelrooy lagi nunggu gue di hall kedatangan :D and you know what, mas-mas yang periksa paspor kita itu, dari loket paling kiri, sampai yang paling kanan, semuanya guanteng! Paling ganteng ada yang rambut hitam, mata biru, mirip banget sama Mark Westlife! Haduh, sayangnya ngga sempat saya foto buat jadi bukti disini.. hahaha!
Beres
cap-capan, lanjut bagasi, abis itu keluar ke arrival hall. Jreengg! Inilah saatnya kami semua waswas, karena:
1. masih
ngeblur siapa yang mau jemput (KBRI udah jamin ada yang jemput, cuma kita gak
tau orangnya yang mana, namanya siapa, pake baju apa, nunggunya dimana.. pfftt)
2. nggak
punya nomor kontaknya
3. kalaupun
punya kontaknya, sim card hengpong nggak ada yang aktif udah sejauh ini dari
BTS Indonesia :|
4. buka
email juga bukan pilihan karena di hp saya nggak ke detect sinyal wifi.. eh atau ada ya? Tapi pakai bahasa Belanda…
mamam!
5. worst case kalo
gak ketemu sama yang ngejemput? Belum ada dari kami yang mempelajari rute
kereta ke Den Haag (kota dimana kami tinggal untuk dua minggu ke depan), ngga ada
family di Belanda, ngga ada pulsa… galau abis dah pokoknya, abisss! *pukpuk
koper*
Dan disitulah kami… terdampar di bandara tersibuk kedua di Eropa dan dunia, melakukan
pengalihan kepanikan melalui foto-foto narsis buat di MMS ke orang tua di tanah
air kalau udah beli sim card nanti (haiss.. jangan ketawa, dulu masih jaman
MMS). Sampai akhirnya ada juga bapak-bapak Indonesia yang nyamperin kita dan
memastikan kalau kita adalah anak-anak
yang beliau cari. Alhamdulillah.. God save the gang.. :))
Fiuuhh.. lega bok,
beneran dijemput dong, dan kita pun ninggalin Amsterdam, meluncur ke Den Haag…
naik mobil plat CD alias mobilnya diplomat! Aheeeyy! Mimpi berikutnya
tercapai! Ya walaupun belum jadi diplomat beneran, akting dulu lah sikit,
mantes-mantesin, hehe!